NAMA : HIKMA MARGIANSA
NPM : 13210312
KELAS : 3 EA 14
TUGAS : PERILAKU KONSUMEN
Pengertian
Model Pegambilan Keputusan
Model adalah percontohan yang
mengandung unsur yang bersifat penyederhanaan untuk dapat ditiru (jika perlu).
Pengambilan keputusan itu sendiri merupakan suatu proses berurutan yang
memerlukan penggunaan model secara cepat dan benar.
Pentingnya model dalam suatu pengambilan keputusan,
antara lain sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui apakah hubungan
yang bersifat tunggal dari unsur-unsur itu ada relevansinya terhadap masalah
yang akan dipecahkan diselesaikan itu.
b.
Untuk memperjelas (secara eksplisit) mengenai hubungan signifikan
diantara unsur-unsur itu.
c.
Untuk merumuskan hipotesis mengenai hakikat hubungan-hubungan antar
variabel. Hubungan ini biasanya dinyatakan dalam bentuk matematika.
d.
Untuk memberikan pengelolaan terhadap pengambilan keputusan.
Model merupakan alat penyederhanaan
dan penganalisisan situasi atau system yang kompleks. Jadi dengan model,
situasi atau sistem yang kompleks itu dapat disederhanakan tanpa menghilangkan
hal-hal yang esensial dengan tujuan memudahkan pemahaman. Pembuatan dan
penggunaan model dapat memberikan kerangka pengelolaan dalam pengambilan
keputusan.
Dalam analisis pengambilan keputusan
ini ternyata semuanya menggunakan model paling tidak secara implisit. Mengenai
hal ini Hovey, memberikan contoh mengenai pengecatan gedung sekolah.
1.
Pengecatan gedung sekolah yang kotor dan tidak merata, secara tidak langsung
dapat berakibat kurangnya konsentrasi belajar para siswanya.
2.
Pengecatan gedung sekolah yang tidak merata dan kotor pun, secara tidak
langsung dapat berakibat kurangnya konsentrasi mengajar para guru sekolah yang
bersangkutan.
3.
Begitu pula pengecatan gedung sekolah yang tidak merata dan kotor, akhirnya
justru akan menyebabkan sekolah terpaksa mengeluarkan biaya yang lebih banyak
lagi.
4.
Pengecatan yang baik dan benar, perlu dilakukkan dengan perubahan warna
setiap dua tahun sekali. Pengecatan dengan cara demikian itu akan meningkatkan
konsentrasi belajar para siswa dan mengajar para guru sekolah yang
bersangkutan.
5.
Pengecatan gedung sekolah itu ada dalam keadaan baik dan tepat, apabila
dilakukan setiap dua tahun sekali.
Dari uraian tersebut, empat butir
pertama masing-masing mendasarkan diri pada model yang berbeda, tetapi secara
implisit menunjukkan adanya hubungan antara pengecatan dan pendidikan atau
pelaksanaan pendidikan. Model kelima merupakan praktik pengecatan itu sendiri
(sebaiknya dilakukan dua tahun sekali).
Alasan-alasan yang dikemukakan pada
butir (1) dan (2) dapat dibenarkan oleh yayasan sekolah. Butir (3) merupakan
model penarikan kesimpulan secara teknis mengenai hubungan antara pengecatan
dan struktur, jadi diluar prinsip-prinsip keahlian. Butir (1) dan (2)
menghubungkan antara pengecatan dengan pelaksanaan kegiatan siswa dan kegiatan
guru.
Pada umumnya, semua model itu
mempunyai aspek-aspek tertentu masing-masing adalah idealisasi, atau abstraksi
dari bagian dunia nyata (praktik nyata), atau dengan kata yang lebih tepat dan
jelas imitasi dari kenyataan, mengenai hal ini Olaf Helmer menyatakan
bahwa: karakteristik dari konstruksi. Model adalah abstraksi; elemen-elemen
tertentu dari situasi yang mungkin dapat membantu seseorang menganalisis
keputusan dan memahaminya dengan lebih baik. Untuk mengadakan abstraksi, maka
pembuatan model sering kali dapat meliputi perubahan konseptual. Setiap unsure
dari situasi nyata merupakan tiruan dengan menggunakan sasaran matematika atau
sasaran fisik.
Hubungannya dengan unsur lain
mencerminkan adanya kekayaan atau peralatan dan hubungan lain berupa tiruan.
Sebagai contoh, system lalu lintas kota dapat dibuat tiruannya dengan membuat
miniature yang menggambarkan adanya jaringan-jaringan, jalan-jalan, rambu-rambu
lalu lintas, beserta kendaraan persis seperti sesungguhnya.
Jika para analis membuat model,
mereka biasanya melakukan hal itu supaya dapat menetapkan tindakan yang paling
tepat dalam situasi tertentu. Kemudian digunakan untuk memberikan saran bagi
pembuat keputusan. Dengan demikian pada hakikatnya model itu merupakan
pengganti hal yang nyata, mewakili kejadian sesungguhnya, dengan harapan agar
dapat mengatasi masalah apabila timbul masalah yang sesungguhnya. Model ini
sendiri dibuat dengan menyesuaikan pada situasi dimana model itu akan dibuat.
Di samping itu, model pun dibuat sesuai dengan tujuan penggunaan model itu
sendiri.
Pembuatan dan penggunaan model
menurut Kast, memberikan kerangka pengelolaan. Model merupakan
alat penyederhanaan dan penganalisisan situasi atau system yang kompleks. Jadi
dengan menggunakan model situasi yang kompleks disederhanakan tanpa
penghilangan hal-hal yang esensial dengan tujuan untuk memudahkan pemahaman.
Berdasarkan
pendekatan ilmu manajemen untuk memecahkan masalah digunakan model matematika
dalam menyajikan system menjadi lebih sederhana dan lebih mudah dipahaminya.
Pada umumnya model itu memberikan sarana abstrak untuk membantu komunikasi.
Bahasa itu sendiri merupakan proses abstraksi, sedangkan matematika merupakan
bahasa simbolik khusus.
2.2 Klasifikasi
Model Pengambilan Keputusan
Mengingat begitu banyaknya cara untuk mengadakan
klasifikasi model, dibawah ini disampaikan beberapa klasifikasi saja.
Klasifikasi model dapat dilakukan berdasarkan sebagai berikut:
1. Tujuannya :
model latihan, model penelitian, model keputusan, model perencanaan, dan lain
sebagainya. Pengertian tujuan disini adalah dalam arti purpose.
2. Bidang
penerapannya (field of application) : model tentang transportasi, model
tentang persediaan barang, model tentang pendidikan, model tentang kesehatan,
dan sebagainya.
3. Tingkatannya
(level) : model tingkat manajemen kantor, tingkat kebijakan nasional,
kebijakan regional, kebijakan local, dan sebagainya.
4. Ciri waktunya
(time character) : model statis dan model dinamis.
5. Bentuknya (form)
: model dua sisi, satu sisi, tiga dimensi, model konflik, model non konflik,
dan sebagainya.
6. Pengembangan
analitik (analytic development) : tingkat dimana matematika perlu
digunakan; lain-lain.
7. Kompleksitas
(complexity) : model sangat terinci, model sederhana, model global, model
keseluruhan, dan lain-lain.
8. Formalisasi
(formalization) : model mengenai tingkat dimana interaksi itu telah
direncanakan dan hasilnya sudah dapat diramalkan, namun secara formal perlu
dibicarakan juga.
Quade membedakan model ke
dalam dua tipe, yakni model kuantitatif dan model kualitatif.
1.
Model kuantitatif
Model kuantitatif (dalam hal ini
adalah model matematika) adalah serangkaian asumsi yang tepat yang dinyatakan
dalam serangkaian hubungan matematis yang pasti. Ini dapat berupa persamaan,
atau analisis lainnya, atau merupakan instruksi bagi computer, yang berupa
program-program untuk computer. Adapun ciri-ciri pokok model ini ditetapkan
secara lengkap melalui asumsi-asumsi, dan kesimpulan berupa konsekuensi logis
dari asumsi-asumsi tanpa menggunakan pertimbangan atau intuisi mengenai proses
dunia nyata (praktik) atau permasalahan yang dibuat model untuk pemecahannya.
2.
Model kualitatif
Model kualitatif didasarkan atas
asumsi-asumsi yang ketepatannya agak kurang jika dibandingkan dengan model
kuantitatif dan ciri-cirinya digambarkan melalui kombinasi dari deduksi-deduksi
asumsi-asumsi tersebut dan dengan pertimbangan yang lebih bersifat subjektif
mengenai proses atau masalah yang pemecahannya dibuatkan model.
Gullet dan Hicks memberikan
beberapa klasifikasi model pengambilan keputusan yang kerapkali digunakan untuk
memecahkan masalah seperti itu (yang hasilnya kurang diketahui dengan pasti).
1.
Model Probabilitas
Model probabilitas, umumnya model-model
keputusannya merupakan konsep probabilitas dan konsep nilai harapan member
hasil tertentu (the concept of probability and expected value).
Adapun yang dimaksud dengan probabilitas adalah kemungkinan yang dapat terjadi
dalam suatu peristiwa tertentu (the chance of particular event occuring).
Misalnya kartu bridge terdiri atas 52 buah kartu; berarti tiap-tiap kartu hanya
memiliki kemungkinan 1/52. Kartu heart 1 (jantung merah 1) hanya memiliki
kemungkinan 1/52. Begitu pula halnya dengan dadu berisi 6, masing-masing sisi
hanya memiliki kesempatan atau kemungkinan 1/6 untuk menang.
Demikian juga halnya dengan probabilitas
statistic atau proporsi statistic dikembangkan melalui pengamatan langsung
terhadap populasi atau melalui sampel dari populasi tersebut. Sampel itu
sendiri merupakan sebagian yang dianggap mewakili keseluruhan (populasi).
Kemungkinan yang dimiliki oleh setiap kartu bridge adalah 1/52 dan dadu adalah
1/6 itu merupakan sebagian dari seluruh kemungkinan masing-masing (untuk kartu
adalah 52 dan untuk dadu adalah 6).
Banyak kemungkinan dalam rangka pengambilan keputusan
dalam organisasi, yang semuanya bertujuan mendapatkan sesuatu yang diharapkan
masa mendatang, misalnya agar nantinya dapat menanggulangi terhadap
kesulitan-kesulitan dalam masa resesi, untuk dapat menaikkan tingkatan
pendapatan masyarakat, lain sebagainya.
. Model-model Pengambilan keputusan
Model Perilaku Pengambilan keputusan
- Model Ekonomi, yang dikemukakan oleh ahli ekonomi klasik dimana keputusan orang itu rasional, yaitu berusaha mendapatkan keuntungan marginal sama dengan biaya marginal atau untuk memperoleh keuntungan maksimum
- Model Manusia Administrasi, Dikemukan oleh Herbert A. Simon dimana lebih berprinsip orang tidak menginginkan maksimalisasi tetapi cukup keuntungan yang memuaskan
- Model Manusia Mobicentrik, Dikemukakan oleh Jennings, dimana perubahan merupakan nilai utama sehingga orang harus selalu bergerak bebas mengambil keputusan
- Model Manusia Organisasi, Dikemukakan oleh W.F. Whyte, model ini lebih mengedepankan sifat setia dan penuh kerjasama dalam pengambilan keputusan
- Model Pengusaha Baru, Dikemukakan oleh Wright Mills menekankan pada sifat kompetitif
- Model Sosial, Dikemukakan oleh Freud Veblen dimana menurutnya orang seringb tidak rasional dalam mengambil keputusan diliputi perasaan emosi dan situsai dibawah sadar.
Model
Preskriptif dan Deskriptif
Fisher mengemukakan bahwa pada hakekatnya ada 2 model pengambilan keputusan, yaitu:
Fisher mengemukakan bahwa pada hakekatnya ada 2 model pengambilan keputusan, yaitu:
- Model Preskriptif
Pemberian
resep perbaikan, model ini menerangkan bagaimana kelompok seharusnya mengambil
keputusan.
- Model Deskriptif
Model ini
menerangkan bagaimana kelompok mengambil keputusan tertentu.
Model preskriptif berdasarkan pada proses yang ideal sedangkan model deskriptif berdasarkan pada realitas observasi
Disamping model-model diatas (model linier) terdapat pula model Spiral dimana satu anggota mengemukakan konsep dan anggota lain mengadakan reaksi setuju tidak setuju kemudian dikembangkan lebih lanjut atau dilakukan “revisi” dan seterusnya.
Model preskriptif berdasarkan pada proses yang ideal sedangkan model deskriptif berdasarkan pada realitas observasi
Disamping model-model diatas (model linier) terdapat pula model Spiral dimana satu anggota mengemukakan konsep dan anggota lain mengadakan reaksi setuju tidak setuju kemudian dikembangkan lebih lanjut atau dilakukan “revisi” dan seterusnya.
Pemecahan Masalah dan Pengambil Keputusan
Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian dan
menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan
dan pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap
yang mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan tersebut bisa saja
meliputi identifikasi masalah utama, menyusn alternatif yang akan dipilih dan
sampai pada pengambilan keputusan yang terbaik. Dengan demikian kita dapat
menyimpulkan delapan tahap guna mengambil keputusan :
1. Mengenal
Permasalahan
2. Definisikan Tujuan
3. Kumpulkan Data yang Relevan
4. Identifikasi alternative yang memungkinkan (feasible)
5. Seleksi kriteria untuk pertimbangan alternatif terbaik
6. Modelkan hubungan antara kriteria, data dan alternatif
7. Prediksi hasil dari semua alternatif
8. Pilih alternatif terbaik
2. Definisikan Tujuan
3. Kumpulkan Data yang Relevan
4. Identifikasi alternative yang memungkinkan (feasible)
5. Seleksi kriteria untuk pertimbangan alternatif terbaik
6. Modelkan hubungan antara kriteria, data dan alternatif
7. Prediksi hasil dari semua alternatif
8. Pilih alternatif terbaik
- Tipe-tipe Pengambilan Keputusan (Decision Making)
1. Keputusan
terprogram (programmed decision)
Keputusan yang dibuat untuk menangani situasi / masalah yang cukup sering
terjadi, sehinnga pembuat keputusan dapat membuat aturan-aturan pembuatan
keputusan untuk diterapkan di masa depan. Misalnya keputusan untuk memesan
persediaan ketika persediaan berada pada level tertentu.
2. Keputusan tidak terprogram (nonprogrammed decision)
Keputusan yang dibuat dalam menanggapi situasi yang unik, tidak familier dan tidak terstruktur serta menimbulkan konsekuensi-konsekuensi penting bagi organisasi.banyak keputusan tidak terprogram melibatkan perencanaan strategis, karena ketidakpastiannya begitu besar dan keputusan merupakan hal yang sangat kompleks.
Keputusan yang dibuat dalam menanggapi situasi yang unik, tidak familier dan tidak terstruktur serta menimbulkan konsekuensi-konsekuensi penting bagi organisasi.banyak keputusan tidak terprogram melibatkan perencanaan strategis, karena ketidakpastiannya begitu besar dan keputusan merupakan hal yang sangat kompleks.
3 Keputusan setengah terprogram
Keputusan yang sebagian
dapat deprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tidak
terstruktur. Keputusan ini bersifat rumit dan membutuhkan
perhitungan-perhitungan serta analisis yang terperinci.
- Gayadan Model Pengambilan Keputusan
Pendekatan-pendekatan yang digunakan seorang manajer untuk mengambil keputusan
biasanya berupa salah satu dari 3 jenis ini, yaitu model klasik, model
administrative atau model politik.
1. Model Klasik
Model klasik dalam pengambilan
keputusan didasarkan pada asumsi ekonomi rasional dan keyakinan manajer tentang
seperti apakah seharusnya keputusan yang ideal itu.
2. Model Administratif
Model Aministratif merupakan
sebuah model dalam pengambilan keputusan yang menggambarkan bagaimana manajer
sebenarnya membuat keputusan dalam situasi yang dicirikan dengan keputusan yang
tidak terprogram, ketidakpastian, dan ambiguitas.
3. Model Politik
Model poltik ini sangat berguna
dalam pengambilan keputusan yang tidak terprogram ketika situasi-situasinya
tidak jelas, informasinya terbatas, dan adanya konflik antara manajer tentang tujuan
yang akan dicapai atau tindakan apa yang akan dilakukan.
Gaya pribadi pengambilan
keputusan mengacu pada perbedaan di antara orang-orang yang berhubungan dengan
cara mereka mengevaluasi masalah, mengembangkan alternatif-alternatif, dan membuat
pilihan. Sebuah penelitian telah menemukan 4 (empat) gaya pengambilan
keputusan. Gaya tersebut yaitu :
1. Gaya Direktif
Digunakan oleh orang-orang yang
lebih memilih solusi masalah yang sederhana dan jelas. Seseorang yang memilih
gaya ini biasanya bersifat efisien dan rasional dan memilih untuk mengandalkan
peraturan atau prosedur yang ada dalam mengambil keputusan.
2. Gaya Analisis
Senang mempertimbangkan solusi
yang kompleks berdasarkan data sebanyak mungkin yang dapat mereka kumpulkan.
3. Gaya Konseptual
Orang-orang yang cenderung
kearah gaya konseptual juga senag memperhatikan sejumlah besar informasi.
Mereka juga lebih berorientasi social daripada mereka yang menyukai gaya
analisis.
4. Gaya Perilaku
Gaya yang digunakan oleh manajer
yang memiliki perhatian mendalam terhadap orang sebagai individu.
Semoga setelah mengetahui tahap pengambilan keputusan ini, semakin banyak
keputusan efektif lagi efisien dapat Anda buat di masa yang akan datang.
Selamat mencoba, karena hasil akhir yang berkualitas, dimulai dengan
implementasi yang berkualitas. Semoga bermanfaat.
·
Referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar